Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan
antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah)
dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara
NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.
Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah
Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak
perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan
Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah
Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.
Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun
melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.
Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain
dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada
apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan kurangnya informasi
pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).
Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.
Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya
bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni
dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki
dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan
antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah
(Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam
Ushuul.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman
kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga
berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa
Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-Qur'an kita (Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura
(taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur'annya sama, maka dalam menafsirkan
ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama
Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah
(Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.
Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka
di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah
Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).
1. Ahlussunnah
: Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a)
Syahadatain
b)
As-Sholah
c)
As-Shoum
d)
Az-Zakah
e)
Al-Haj
Syiah : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima)
tapi berbeda:
a)
As-Sholah
b)
As-Shoum
c)
Az-Zakah
d)
Al-Haj
e)
Al wilayah
2. Ahlussunnah : Rukun Iman ada
6 (enam) :
a)
Iman kepada Allah
b)
Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c)
Iman kepada Kitab-kitab Nya
d)
Iman kepada Rasul Nya
e)
Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f)
Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Syiah : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a)
At-Tauhid
b)
An Nubuwwah
c)
Al Imamah
d)
Al Adlu
e)
Al Ma’ad
3. Ahlussunnah
: Dua kalimat
syahadat
Syiah : Tiga kalimat syahadat, disamping
Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih
ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.
4. Ahlussunnah
: Percaya kepada imam-imam tidak
termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu
timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas
(12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.
Syiah
: Percaya kepada dua belas
imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman
kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut
ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.
5. Ahlussunnah
: Khulafaurrosyidin yang diakui (sah)
adalah :
a)
Abu Bakar
b)
Umar
c)
Utsman
d)
Ali Radhiallahu anhum
Syiah
: Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar,
Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan
Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai'at dan mengakui kekhalifahan
mereka).
6. Ahlussunnah
: Khalifah (Imam) adalah manusia biasa,
yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/
lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.
Syiah : Para imam yang jumlahnya dua belas
tersebut mempunyai sifat Ma'’hum, seperti para Nabi.
7. Ahlussunnah
: Dilarang mencaci-maki para sahabat.
Syiah : Mencaci-maki para sahabat tidak
apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW
wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena
para sahabat membai'at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.
8. Ahlussunnah
: Siti Aisyah istri Rasulullah
sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin.
Syiah : Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah,
bahkan dikafirkan.
9. Ahlussunnah : Kitab-kitab hadits yang dipakai
sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
a)
Bukhari
b)
Muslim
c)
Abu Daud
d)
Turmudzi
e)
Ibnu Majah
f)
An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan
dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).
Syiah
: Kitab-kitab Syiah ada empat :
a)
Al Kaafi
b)
Al Istibshor
c)
Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih
d)
Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab
kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).
10. Ahlussunnah
: Al-Qur'an tetap orisinil
Syiah : Al-Qur'an yang ada sekarang ini
menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat
(dikurangi dan ditambah).
11. Ahlussunnah
: Surga diperuntukkan bagi orang-orang
yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang
tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Syiah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang
yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada
Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang
memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.
12. Ahlussunnah
: Aqidah Raj’Ah tidak ada dalam ajaran
Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir zaman sebelum kiamat, manusia akan
hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada
musuh-musuhnya.
Syiah : Raj’ah adalah salah satu aqidah
Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar
dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah,
Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.
Setelah mereka semuanya bai'at kepadanya,
diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang
tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai
ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan : Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi
sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan
dan kedamaian.
13. Ahlussunnah : Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.
Syiah : Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya
halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para
pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah
Ali bin Abi Thalib.
14. Ahlussunnah
: Khamer/ arak tidak suci.
Syiah : Khamer/ arak suci.
15. Ahlussunnah
: Air yang telah dipakai istinja’
(cebok) dianggap tidak suci.
Syiah
: Air yang telah dipakai istinja’
(cebok) dianggap suci dan mensucikan.
16. Ahlussunnah
: Diwaktu shalat meletakkan
tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.
Syiah
: Diwaktu shalat meletakkan tangan
kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(jadi shalatnya bangsa Indonesia yang
diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab
meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).
17. Ahlussunnah
: Mengucapkan Amin diakhir surat
Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.
Syiah
: Mengucapkan Amin diakhir surat
Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia
dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).
18. Ahlussunnah
: Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang
yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar’i.
Syiah : Shalat jama’ diperbolehkan walaupun
tanpa alasan apapun.
19. Ahlussunnah
: Shalat Dhuha disunnahkan.
Syiah : Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan
shalat Dhuha).
Demikian telah kami nukilkan
perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sengaja kami nukil
sedikit saja, sebab apabila kami nukil
seluruhnya, maka akan memenuhi
halaman-halaman buku ini.
Harapan kami semoga pembaca dapat memahami
benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil
keputusan (sikap).
Masihkah mereka akan dipertahankan sebaga
Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).
Sebenarnya yang terpenting dari
keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa
perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah
(Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam
Ushuul (pokok/ dasar agama).
Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan
perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak
sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah
memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau
tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).
Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang
yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu
tokoh-tokoh Syiah.
Akhirnya, setelah kami menyampaikan
perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini
kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu
memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu
pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi
rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam
memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.
Selanjutnya kami mengharap dari aparat
pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab
bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di
dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari
penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.
Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari
sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang
ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya
yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut
Ahli Bid’ah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran
Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah
Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang
dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di
negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah
Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan
dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan
merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat
Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?
Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung
makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad
atau kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya
Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa
alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau
kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah
SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus
untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman :
واعتصموا بحبل الله
جميعا ولا تفرقوا ( العمران:١۰٣)
“ Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan
janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok).”
Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga
saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi
sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu
ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad
bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar
menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali
lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan
kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada
Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu
selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu
Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu
timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada
kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau
kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut
Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian
atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian
tersebut disebutkan:
هذا ما تقاضى عليه على بن ابى طالب ومعاوية بن ابى سفيان وشيعتهما
( اصول مذهب الشيعة )
Ini adalah
apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan
dan kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)
Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi
hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan
aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun
Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan
dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli
Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali)
dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:
كان بدء امرنا انا التقينا والقوم من اهل الشام، والظاهر ان ربنا واحد، ونبينا واحد، ودعوتنا فى الاسلام واحد، ولا نستزيدهم فى الاسلام بالله والتصديق برسوله، ولا يستزيدوننا، الامر واحد الا ما اختلفنا فيه من دم عثمان، ونحن منه براء
( نهج البلاغة- ٤٤٨
)
Adapun
mas’alah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam
(Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam
juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada
Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi
iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya
(Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)
Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang
dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka
ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan
kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
انى اكره لكم ان تكونوا سبابين ، لكنكم لو وصفتم اعمالهم، وذكرتم حالهم، كان اصوب فى القول وابلغ فى العذر، وقلتم مكان سبكم اياهم، اللهم احقن دماءنا ودماءهم، واصلح
ذات بيننا وبينهم
( نهج البلاغة -٣٢٣)
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian
tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang
demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti
cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami
dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)
Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci
maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana
dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan
Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai
pengikut Imam Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut
Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada
orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak
lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga
mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab
Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh
orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak
dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan
aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah
yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh
Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan
pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai
sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau
menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan
adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya
digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang
dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan
Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah,
sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka
mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta
keluarga Rasulullah SAW.
Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah itu ?
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian
banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran
Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya
saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah
inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula
sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung
kepada Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH)
dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta)
yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu
dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya
(Islam) dan masuk Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini
cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan
nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker
yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun
dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai
menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan
Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa
terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah
mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis,
bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan
yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat
menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan
karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian
maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan
fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan
Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak
berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci
maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah,
bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini,
membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada
masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan
maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan
Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber
dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar
sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan
kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh
kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT.
Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah
ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau
orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.
Madzhab Ahlul
Bait adalah nama samaran dari sekian banyak aliran-aliran Syiah. Dimana setiap
aliran Syiah mengklaim alirannya sebagai Madzhab Ahlul Bait.
Sebagai contoh,
aliran Syiah Zaidiyah mengaku sebagai Madzhab Ahlul Bait. Begitu pula
aliran Syiah Ismailiyah, mereka juga mengaku sebagai Madzhab Ahlul Bait. Bahkan
aliran Syiah yang paling sesat saat ini, yaitu aliran Syiah Imamiyah Itsna
Asyariyah (Ja’fariyah) juga berani mengaku sebagai Madzhab Ahlul Bait.
Penyebab mereka
sampai berani menyebut alirannya sebagai Madzhab Ahlul Bait, dikarenakan saat
ini masyarakat dunia Islam sudah mengetahui bahwa aliran-aliran Syiah tersebut
sesat dan menyesatkan dan ajarannya sangat menyimpang dari ajaran Rasulullah
SAW. dan ajaran Ahlul Bait.
Karena itu
dalam usahanya menipu dan menyesatkan umat Islam, mereka menggunakan nama
samaran sebagai Madzhab Ahlul Bait. Dan ternyata usaha mereka tersebut
berhasil, sehingga ada dari umat Islam yang tertipu dan akhirnya terjerumus
masuk Syiah.
Oleh karena
aliran-aliran Syiah yang mengaku sebagai Madzhab Ahlul Bait tersebut berbeda
rukun imannya, maka mereka saling mengkafirkan, Syiah yang satu mengkafirkan
Syiah yang lain.
Jika
aliran-aliran Syiah yang saling mengkafirkan itu benar-benar sebagai Madzhab
Ahlul Bait, berarti hal itu menggambarkan bahwa pendiri madzhab-madzhab
tersebut saling mengkafirkan, maka pertanyaan yang timbul adalah; mungkinkah
Ahlul Bait yang telah disucikan sesuci-sucinya oleh Allah itu saling
mengkafirkan ?.
Jawabnya, pasti
tidak mungkin, dan itu hanyalah rekayasa dan tipu daya tokoh-tokoh Syiah yang
tidak memikirkan akibatnya.
Dengan demikian
yang namanya Madzhab Ahlul Bait itu tidak ada, yang ada adalah Madzhabnya Ahlul
Bait, bukan Madzhab Ahlul Bait tapi madzhabnya Ahlul Bait atau akidah-nya Ahlul
Bait. Yaitu akidah yang sekarang dikenal dengan nama akidah Ahlus Sunnah
Waljamaah. Satu akidah yang berpegang kepada apa-apa yang diyakini
dan dikerjakan oleh Rasulullah SAW, Ahlul
Bait dan para sahabatnya.
Jika yang
namanya Madzhab Ahlul Bait itu ada dan benar, pasti yang mengikuti madzhab
tersebut adalah keturunan Ahlul Bait, yaitu para habaib bukan orang-orang ajam
dari Iran.
Tapi
kenyataannya para habaib hampir semuanya mengikuti akidah Ahlus Sunnah
Waljamaah. Mereka mengikuti akidah itu secara sambung menyambung sampai kedatuk
mereka baginda Rasulullah SAW
Hal ini dapat
dibaca dalam kitab Iqdul Yawaqid Aljauhariyyah, karya Al-Allamah
al-Habib Edrus bin Umar Al-Habsyi, dan dapat dibaca dalam puluhan, bahkan
ratusan kitab-kitab yang ditulis oleh para habaib dzurriyaturrasul.
Jadi yang
benar, akidahnya golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidahnya Ahlul Bait
atau madzhabnya Ahlul Bait yang sampai sekarang diikuti oleh keturunan Ahlul
Bait atau para habaib Al-Alawiyin dzurriyaturrasul.
Apabila dari
sekian juta habaib itu ada dua, tiga orang yang menyimpang (syad), maka
orang-orang tersebut tidak tergolong sebagai tokoh habaib yang menjadi panutan.
Tapi mereka adalah korban-korban yang rusak akidahnya akibat membaca buku-buku
yang ditulis oleh orang-orang orientalis dan Zionis Yahudi.
Demikian
sedikit mengenai Madzhab Ahlul Bait dan madzhabnya Ahlul Bait. Semoga kita
diselamatkan oleh Allah dari tipu daya tokoh-tokoh Syiah yang sering mengaku
sebagai pengikut Madzhab Ahlul Bait.
Tags
Islam